Tuesday, June 30, 2009

Mau ngga jadi selingkuhanku?

Enak ngga jadi selingkuhanmu?
"Banget," katamu.
Ya, boleh deh. Rasanya seperti anak SMA nembak jadi pacar. Kalau sudah bilang 'ya' terus apa? Apa enaknya selingkuh? Orang selingkuh itu ngapain?
"Mana ku tahu? Aku belum pernah," jawabmu.
Oh, jadi aku bahan percobaan? Aku juga bingung mesti ngapain kalo udah proklamasi 'kita selingkuh'. Kamu panggil aku 'sayang'. Huahahahaha... geli di kuping, dan malah aku bikin tertawa.
"Sudah makan, sayang?"
Eh, memang apa pedulimu aku sudah makan atau belum? Mau nraktir?

***

"Kamu ke sini dong..."
Kenapa ngga kamu aja yang ke sini?
Mau apa memangnya? Biasanya tanpamu dunia baik-baik saja. Aku ga peduli kamu sudah makan atau belum. Aku tidak peduli kamu sibuk atau tidak. Aku tidak peduli kamu kerjakan apa. Juga sebaliknya.
Kenapa tiba-tiba kita harus saling tahu kita sedang apa? Kenapa tiba-tiba pilekku jadi membuatmu khawatir?

***

"Besok aku ke Semarang. Kita ketemu ya?"
Di mana? Jam Berapa? Nah, sekarang aku jadi harus cari alasan supaya bisa pergi sendirian, dan ketemu kamu tanpa ketahuan. Kalau ke tempat yang kau sebut itu, aku takut nanti ketemu anakku di jalan.
"Kita ke Bandungan aja, atau ke Kopeng"
Mau apa ke sana? Kenapa aku bertanya? Mestinya aku bisa menduga apa yang bakalan dilakukan orang yang selingkuh ke sana. Apa kita juga akan melakukannya?
"Kita jalan-jalan saja."
Lalu apa?

***

Sudahlah. Kita putus aja. Selingkuh itu membingungkan buatku. Ribetnya clintat clintut. Pertaruhannya tidak sebanding. Kalo kamu ke Semarang, boleh kita ketemuan. Ajak suamimu, biar kuajak juga anak dan istriku.
Jangan lagi panggil aku 'sayang'. Kau masih boleh telpon, sms, email, chat. Anything. Tapi balikkan bahasamu ke masa kita belum mencoba-coba cari perkara. Begitu lebih nyaman. Dan aman.

1 comment:

el_afiq said...

pengalamankah? :D