Friday, June 20, 2008

please deh, Cin (5): cinta aku dan sam

Kalau itu tentang cinta, jangan tanya kenapa. Karena bisa jadi kau tak akan temukan jawabnya.
Kenapa Beauty mencintai Beast?
Kenapa Pangeran mencintai Cinderella?
Kenapa Ande-ande Lumut memilih Kleting Kuning?
Ok, atas nama pesan moral, di dalamnya terselip alasan tentang attitude yang lebih penting daripada look. Tapi itu dongeng, dongeng.
Aku hidup di dunia nyata. Dan pada kenyataannya aku menemukan keabsurdan cinta. Mengapa ada cinta pada pandangan pertama? Mengapa ada cinta mati meskipun selalu disakiti? Mengapa ada cinta dalam hati, meskipun tahu tak mungkin memiliki?

Mengapa ada cinta kami?
Mengapa Sam bisa jatuh cinta padaku, hanya bermula dari menggemari cerpenku yang mulai dimuat di majalah dan harian beberapa tahun yang lalu? Yang membuatnya mulai mencari tahu segala sesuatu tentang aku, dan mampu membuatnya begitu dalam saat menulis resensi novelku?
Mengapa aku bisa menyambut cintanya yang seperti itu?

***



Jam pelajaran telah usai. Segala sesuatu telah kubereskan. Saat-saat seperti ini yang aku nantikan. Keluar dari ruang guru, berjalan menyeberangi lapangan, dan menemukan Sam menungguku di gerbang. Berdiri bersandar di mobilnya. Bukan duduk di dalamnya. Dan rambutnya akan melambai ditiup angin. Atau jatuh menutup sebagian wajahnya ketika tak ada angin.
Sam tak pernah menjelaskan mengapa dia mencintaiku, dan aku tak pernah pula bertanya mengapa. Aku merasakannya, itu saja. Sebutlah aku naif, bodoh, sentimentil, anything. Tapi Sam memberikan apa yang kubutuhkan. Perlindungan, keteduhan, keceriaan, warna.
Dengan caranya yang sederhana, tak berlebihan. Bukan cinta yang dipenuhi kata-kata manis. Atau janji-janji yang melambungkan. Tapi segala yang dilakukannya memenuhi udara dengan cinta. Lihatlah, aku lah yang berbuih melukiskan keharuman cintanya...
Sam membukakan pintu untukku, lalu masuk ke bangku kemudi.
Dan berdua kami mengarungi sisa hari.

***

Blink!
You have one new email.
Klik, klik, klik.

From: r_sambodo@yahoo.com
Subject: Missing you
Cin.
Balik papan panas sekali. Aku sudah menemukan yang aku cari. Tapi aku masih harus di sini beberapa hari lagi. Ada beberapa hal yang masih memerlukan klarifikasi.
Cin, aku ingin cepat pulang. Aku kangen kamu.

Sam.


Reply.

To: r_sambodo@yahoo.com
Subject: Re: Missing you.
Dear Sam,
How should I tell you how I feel? Days go by so slowly without you. Air is so empty when I’m away from you. Been working so hard to kill time, and feels so hard. But I remember you, and I know I’ll be ok when I see you.
Waiting for the time to.

Cin.


Send.

***

Berbaring di kasurku, menggenggam handphoneku. Sedang berbalas sms dengan kekasihku.
Sam: Sudah makan?
Aku: Sudah. Kamu?
Sam: Sebentar lagi, aku mau selesaikan report yg ini. Nanti stl aku emailkan ke redaksi, baru aku makan.
Aku: Masih banyakkah?
Sam: Tinggal sedikit. Knp?
Aku: Kl msh banyak makan dl aja. Kl tinggal dikit ya selesaikan dl.
Sam: Ok.
Aku: Sam, kapan kau datang?
Sam: Lusa.
Aku: I’m waiting
Sam: I know. Aku selesaikan dl ya, nanti aku telepon kamu.
Aku: OK.

***

“Kau benar-benar tak ada sesuatu yang harus dikerjakan?”, tanyaku.
“Kau ingin aku jujur atau bohong?”
Aku diam sejenak. Aku tak mau Sam bohong. Tapi kalau jawaban jujurnya adalah bahwa dia harus segera pergi, aku juga tak suka.
“Terserah kamu”, kataku akhirnya.
“Kalau begitu aku akan jujur saja”
“Kau membuatku degdegan”
“Aku harus ke Bogor”
“Kapan?”
“Sore ini”
Aku mengendurkan pelukanku. Berharap Sam akan mengeratkan pelukannya dan membujukku, atau berkata ‘tak akan jika kau ingin aku tetap di sini’.
Tapi Sam membiarkan aku melepaskan diri, dan berdiri agak jauh darinya.
“Maaf, Cin. Tapi aku harus pergi”
“Tapi kau baru datang”
“Aku tahu. Tapi harus sekarang, atau aku tak tahu kapan lagi”
Aku diam. Sam diam.
Aku enggan memandang ke arahnya, karena mataku mulai panas berkaca-kaca. Profesi Sam sebagai wartawan membuat dia harus keliling ke mana-mana. Bahkan sering ke luar Jawa. Waktu untuk kami bersama tidak sebanyak yang kuinginkan. Meskipun begitu Sam selalu berusaha agar waktu yang tak lama itu menjadi lebih berharga.
Baru tadi pagi Sam datang dari Banyuwangi. Kami baru ketemu sepulang aku mengajar. Dan sore ini dia harus pergi lagi.
Sam mendekatiku, menyentuh rambutku. Menyentuhkan tangannya di pipiku, dan perlahan menolehkan wajahku ke arahnya.
“Aku minta maaf”
Aku diam.
“Kau tidak ingin tahu apa acaraku di Bogor?”
“Apa?”
“Berlibur dengan istriku”


terkait:
please deh, cin....
please deh, cin 2: pertemuan pertama
please deh, cin 3: terjebak di kericuhan
please deh, cin 4: percakapan di pagi hari
please deh, cin 6: istri sam
please deh, cin 7: sang pengembara
please deh, cin 8: the end is the beginning is the end is the beginning...

No comments: