“Aku ngantuk, Yud”, aku memeluk Yudi dari belakang dan menyandarkan kepalaku di bahunya.
“Tidurlah”
“Aku masih ingin menungguimu bekerja. Masih lama kah?”
Yudi mengangguk, “Kamu tiduran dulu aja di sofa, jadi bisa tetap menungguiku bekerja”
Perlahan kulepaskan rangkulanku, kukecup rambut Yudi. Yudi memutar kursi kerjanya hingga dia menghadap ke arahku, mengecup hidungku, dan membiarkan aku berbaring di sofa.
Yudi mulai bekerja lagi. Aku tak terlalu mengerti apa yang dikerjakannya. Tak mengerti sama sekali malah. Aku hanya tahu bahwa ada saat dia mengerjakan sesuatu yang menuntut konsentrasi penuh dan tak boleh putus sama sekali. Jika itu terjadi, dia mungkin harus mengulang lagi semuanya dari awal. Aku tidak mau. Selain kasihan Yudi yang jadi tak selesai-selesai pekerjaannya, itu berarti waktu untukku akan semakin sedikit tersisa.
Aku masih melihat dia mendongak, manggut-manggut, menggaruk kepala, sedikit corat-coret. Hanya beberapa saat….
***
Kurasakan kecupan lembut di antara dua mataku. Kubuka mata dan kulihat Yudi tersenyum lembut.
“Uhm…. sudah selesai?”
“Aku ngantuk”, katanya.
“Kenapa tidak tidur?”
“Ya, tapi aku ingin tidur sambil mendekapmu semalaman. Kalau di sini, aku takut jatuh”
Mau tak mau aku tersenyum dalam kantukku. Yudhi menyusupkan tangan kirinya ke bawah leherku, dan tangan kanannya kebawah lututku. Aku melingkarkan tangan dan menyusupkan wajahku ke lehernya, membiarkannya mengangkat dan membawaku ke kamar.
Kulirik jam dinding, sudah jam 02.45. Tidak tepat semalaman, tapi paling tidak aku masih punya dini hingga pagi hari ini, tidur dalam dekapan kekasihku.
181008
No comments:
Post a Comment