Friday, December 12, 2008

alarm 07.30 (reversed point of view)

waktunya…
pintu kamarku terbuka, lalu aku akan terangkat ke atas. kubuat satu putaran lalu ketika aku berhenti, aku berjinjit di ujung sepatuku. memegang ujung tutu dengan kedua tanganku, dan kuucapkan, “selamat pagi sayang….”
dia akan memandangku dengan tersenyum. seolah memang sedari tadi menunggu kemunculanku. aku berputar lagi, dan tatakan kakiku akan turun perlahan. lalu pintu kamarku menutup lagi, untuk terbuka lagi esok hari.

aku bukan weker. aku hanya alarm. alarm yang diset untuk menyapanya setiap pagi sebelum memulai hari. aku adalah balerina kecil dengan tutu dan sepatu pita berwarna hijau emerald. apa yang kusebut kamar, adalah sebuah ruang berbentuk setengah bola, yang berwarna hijau metalik. serasi dengan kostumku.
jujur, aku sendiri menanti pagi untuk muncul dan berbunyi. aku bahagia setiap kali melihat matanya melihatku. aku yakin dia juga menantiku.
aku makin yakin tentang itu, ketika suatu hari entah kenapa, pintu kamarku tak mau terbuka tepat pada waktunya. aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. meskipun kutarik sekuat tenaga, pintu itu tetap rapat saja. baru sekitar pukul 10, ketika aku sudah kelelahan mencoba, tiba-tiba dia terbuka. segera saja aku keluar dan menyapanya, “selamat siang, sayang….”. tentu saja, karena memang sudah siang. dia sempat berkata, “selamat siang, kamu terlambat…,”, dan aku melihat kelegaan ketika dia melihat kemunculanku. aku juga lega jadinya. aku berputar, dan tenggelam lagi ke dalam kamar berbentuk setengah bolaku.

***
untuk beberapa waktu aku menjalankan tugasku seperti biasa. menari dan menyapanya setiap jam 07.30. tapi lama-kelamaan aku merasa, dia tidak lagi menantikanku. kadang dia hanya memandangku sekilas sambil tersenyum. kadang memandang saja tanpa tersenyum. kadang bahkan tidak memandangku sama sekali, sibuk dengan kertas-kertas di hadapannya.

aku sedih….
lalu aku merasa, barangkali dia merasa bosan dengan kehadiranku di pagi hari. lalu aku mencoba muncul lagi di saat-saat lain. untunglah pintu kamarku tidak rusak lagi. jadi setelah pagi hari aku menyapa seperti biasa, aku kadang menyapanya lagi di siang hari.
tapi kurasa siang hari bukan waktu yang tepat. dia justru semakin sibuk dengan kertas-kertasnya. dan dia memandangku seolah merasa terganggu. lalu kucoba menggantinya dengan malam hari, ketika aku yakin pekerjaannya telah selesai. memang, tapi dia sedang tidur, dan dia terbangun dalam keadaan kaget — dan kurasa dia marah.

aku sedih….
sore itu aku muncul lagi. “selamat sore sayang….”. dia hanya memandangku dengan mata lelah — dan kesal. seolah ingin berkata, ‘kau menggangguku’. tapi dia diam saja. maka aku ucapkan lagi, “selamat sore, sayang….”. dia menjawab, “selamat sore…,”.
aku tidak bisa bilang aku sudah lega. dia menjawab sapaku dengan terpaksa. tapi cukuplah kurasa, dia sudah menjawabku. jadi aku masuk lagi mengurung diriku.

pagi ini aku muncul tepat jam 07.30. dia sudah mulai sibuk membolak balik tumpukan kertasnya. “selamat pagi, sayang….”. dia tidak mendengarku. dia sama sekali tidak melihat ke arahku. aku mengulang bunyiku. dia masih tepekur sendiri. kuulang lagi, hingga akhirnya dia menjawab, “selamat pagi…,” tapi dia tidak melihat ke arahku. aku berbunyi lagi. dia memandang ke arahku dengan ekspresi kesal, dan menjawab lagi “selamat pagi.”
bukan… bukan… aku tidak ingin kau melihat dan menjawabku seperti itu. aku rindu kau rindui. aku menunggu kau tunggu aku. aku mengharap melihatmu mengharap kehadiranku.
“selamat pagi sayang….” kuucap lagi selembut mungkin. “selamat pagi!’
ya ampun, dia membentakku. aku begitu terkejut dan tiba-tiba aku tidak bisa mengontrol bunyiku. aku terus-terus mengucap “selamat pagi, sayang….” sambil berharap dia melembut dan tersenyum lagi padaku.

tapi tidak. dia malah tampak semakin kesal dan marah. aku tidak menyangka dia akan meraih kamarku dan membanting aku ke lantai.
kamarku pecah terbelah ke segala arah. leherku patah. habis sudah.
tapi aku masih punya sedikit sisa arus sebelum terputus aku dari battereku, dan sekuat tenaga, secepatnya sebelum dia hilang, kuucapkan, “selamat tinggal, sayang….”

karena aku tahu setelah ini aku tidak akan bisa melihatnya lagi….

No comments: